Wednesday, November 9, 2011

Menjadi K-R-I-S-T-E-N bagi para remaja

Sebagai remaja kristen, kita dapat belajar untuk berperilaku sesuai karakter kristiani melalui akronim K-R-I-S-T-E-N berikut ini :

K=Kreatif
Sebagai remaja, kreatif bukanlah sesuatu yang asing. Biasanya anak-anak muda memiliki gagasan-gagasan segar dan baru serta mudah untuk mempelajari hal-hal baru  pula. Namun dalam katian dengan karakter remaja kristen, kreatif bukan sekedar kemampuan mewujudkan gagasan-gagasan baru, tetapi memiliki nilai yang lebih dalam.
Kreatifitas yan dituntut dari anak muda berkarakter kristiani terutama dalam hal menyikapi kehidupan. Para motivator andal sering menyebutnya : Thingking outside the box. Maksudnya adalah kita harus membuka cakrawala berpikir kita bukan lagi hanya terbatas pada paradigma berpikir yang lama dan sama, melainkan memiliki keterbukaan terhadap paradigma baru dan berbeda. Dengan memiliki paradigma yang baru, kita akan dimapukan menghadapi masalh betapapun sulitnya dan tidak mudah menyerah. Kreatifitas sangat dibutuhkan sebagai bekal menghadapi kehidupan. Ketika semua orang mengatakan tidak ada jalan, maka kreatifitaslah yang akan membuat kita tetap optimis dan mengatakan: "selali akan ada jalan lain. Kreatifitas jugalah yang membuat kita tetap bersemangat menjalani hidup, karena kita yakin bahwa setiap hari selalu ada hal-hal baru yang tersedia bagi kita (Ratapan 3:22,23).

R= Rendah Hati
Menjadi rendah hati bukan masalah sederhana. sebab dalam mempraktikan kerendahan hati kita benar-benar harus memindahkan fokus kita dari diri sendiri kepada orang lain. Hal ini sungguh menantang, sebab biasanya kita senang bila kita yang mendapatkan perhatian. Rendah hati memerlukan keberanian yang besar. Keberanian untuk menerima bahwa mungkin saja kita tidak lagi menjadi pusat perhatian.
Keberanian untuk mulai memikirkan bahwa orang lain juga memiliki hal-hal penting untuk diperhatiakan. Keberanian untuk rela membiarkan orang lain juga menerima hal-hal yang baik dari orang-orang di sekitarnya. Kita sering gagal mempraktikkan kerendahan hati, karena kita terlalu takut untuk tidak mendapat perhatian dari orang-orang disekitar kita. Kita khawatir tidak lagi menjadi 'favorit' atau populer, atau pujian dan sanjungan bagi kita akan berkurang. Teens, Alkitab mengajarkan bahwa rendah hati justru akan mengantar kita menemukan kehormatan sejati (Amsal 15:33; 18:12; 22:4). Kita bisa mulai dengan bersikap ramah dan sopan kepada semua orang yang setiap hari ada di sekitar kita, di rumah, di sekolah, atau di gereja. Tanpa kecuali. Artinya sikap ramah dan sopan yang kita tunjukkan adalah sikap yang tulus dan tidak membeda-bedakan. Jangan pikirkan sambutan atau balasan apa yang akan kita terima dari keramahan kita. Apa pun itu, tidak boleh menyurutkan langkah kita untuk tetap bersikap ramah dan sopan.

I= Integritas
Karakter ini menuntut kesatuan kata dan perbuatan. Hal ini penting untuk dipupuk sejak muda, karena intergritas menunjukkan kualitas kepribadian yang unggul. Integritas juga sangat dibutuhkan ketika kita masuk dalam kehidupan bermasyarakat, sebab dengan memiliki integritas kita menjadi pribadi yang layak dipercaya. Keteguhan berpegang pada prinsip-prinsip kebenaran, kejujuran, dan ketulusan adalah ciri-ciri utama seorang yang memiliki integritas. Mengapa sejak muda kita harus belajar memiliki itegritas? Karena itegritas bukanlah sesuatu yang bisa datang secara tiba-tiba atau tumbuh dengan cepat (instant). Integritas harus melewati ujian waktu dan berbagai kesulitan. Semakin dini kita memulai memupuk itegritas kita, semakin kuat hal itu tertanam dalam diri kita. Kisah Daniel, dalam pembuangan di Babel adalah contoh tentang bagaimana pentingnya integritas menjadi karakter utama. Daniel dan kawan-kawannya pada akhirnya menjadi orang yang berhasil meskipun mereka berada di pembuangan.

S= Setia
Remaja terkenal dengan sikap setia kawan. Solidaritas yang tinggi dengan teman-temannya memang merupakan modal pertemanan remaja. Namun kesetiaan dalam konteks ini berbeda dengan sekadar bersikap solider terhadap teman. Setia (faithful) sebagai karakter kristiani, adalah sikap memercayakan diri seutuhnya kepada Tuhan Allah. Jika disederhanakan, maka sikap memrcayakan diri kepada Allah berarti kita percaya bahwa Allah yang menata dan merenda hidup kita. Allah yang selalu ada dalam segala aspek hidup kita. Namun, 'percaya' itu tidak hanya sekedar mengakui, tetapi yang lebih oenting lagi adalah membuktkan sikap percaya itu. Pengakuan 'percaya' kita harus dapat 'dilihat'. Artinya, kita bisa saja mengatakan bahwa kita percaya, tetapi dalam kenyataannya siakp dan perilaku kita tidak mencerminkan percaya itu. Contoh perilaku yang menunjukkan 'percaya' adalah : kesetiaan kita beribadah kepada Allah. Ibadah bukan sekedar kegiatan rutin hari Minggu, Jiga bukan hanya formalitas. Ibadah yang sejati adalah yang mencerminkan kesetiaan yaitu kerinduan untuk mempersembahkan yang terbaik bagi kemuliaan Allah (Roma 12:1,2) bukan hanya dalam kebaktian-kebaktian tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Seluruh kata dan karya kita semata-mata untuk kemuliaan Allah.

T=Tekun
Teens, salah satu ciri ketekunan adalah menyelesaikan tugas sempai tuntas. Apa yang terjadi dalam diri seorang remaja bila tidak memiliki ketekunan? ia akan menjadi cepat bosan, banyak mengeluh, dan gampang menyerah. Kita dapat menyebutkan banyak contoh tentang hal ini. Pekerjaan Rumah yang sulit, membuat kita segera mencari jalan pintas - menyalin saja dari teman. Belajar tekun sangat banyak manfaatnya. Secara psikologis kita akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Secara teknis, kita menjadi expert (ahli - terlatih) Melakukan pekerjaan itu karena kita mnekuninya. Ketekunan juga membuat hidup kita menjadi lebih ringan, sebab kita tidak terbiasa meninggalkan 'hutang' perkerjaan yang lama-kelamaan makin menumpuk, so teens, buang jauh-jauh kemalasan dan menunda-nunda pekerjaan, supaya kita dapat mengisi masa muda ini dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan hal-hal yang berguna sebanyak mungkin sebagai modal masa depan kita.

E= Empati
Menempatkan diri pada posisi orang lain, itulah esensi dari empati. Ketika kita meilha orang lain mengalami kesusahan, kita bukan hanya sekadar jatuh kasihan (simpati) tetapi juga memahami perasaan orang yang sedang kesusahan itu. Empati bergandengan erat dengan kepeduliaan. Empati akan menghilangkan keegoisan kita dan menumbuhkan semangat saling berbagi
kepada sesama. Kepedulian terhadap sesama bagaikan tali yang mengikat dan menyatukan kehidupan manusia. Untuk mampu menunjukkan sikap berempati, kita harus benar-benar merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang itu. Itulah sebabnya jangan takut terhadap kesulitan, atau kekecewaan. Pengalaman menghadapi kesuilitan hidup atau kekecewaan, bukan hanya mengajar kita untuk menjadi pribadi yang tangguh, tetapi juga membuat kita lebih mudah untuk berempati terhadap orang lain. Kesulitan kita untuk semakin memahami makna kehidupan.

N= Narsis
Teens, jangan berpikir negatif dulu dengan kata ini. Meskipun jarang digunakan untuk hal-hal yang positif, namun kini kita dapat memakainya secara positif,. Mengasihi diri sendiri (narsisme) salam semangat yang positif berarti memperlakukan diri sendiri sebaik-baiknya. Selain penting dan berguna, kemampuan mengasihi diri sendiri juga merupakan ukuran kemampuan kita mengasihi orang lain. Matius 22:39 dengan jelas mengatakan: "Kasihilah sesamamu, seperti dirimu sendiri". Mengasihi diri sendiri berarti kita bisa menerima diri kita apa adanya, dengan segala kekurangan dan kelebihan kita. Jika kita tidak mampu menerima diri kita apa adanya, dapat dirasakan kita juga tidak mampu melakukan hal itu pada orang lain. Jika kita mengasihi diri sendiri maka kita akan melakukan hal-hal yang baik bagi diri kita sendiri. Menjaga keseshatan (menghindari dari rokok dan obat-obat terlarang), menjaga kebersihan diri (tidak malas mandi, atau sikat gigi) adalah contoh konkret bagaiman kita memperlakukan diri kita. Contoh yang lainnya pada bahasa inggris kita harus menulis kata I yang berarti saya dengan huruf besar, dimanapun letak kata itu berada, misalnya : Yesterday I went to Junior Church Danau Bogor Raya , yang berarti Kemarin saya pergi ke Junior Church Danau bogor Raya . Jika kita mampu melakukan hal-hal yang baik bagi diri kita sendiri, maka kita juga tidak akan mengalami kesulitan untuk melakukan hal-hal yang baik bagi orang lain.

So teens, bagaiman? tidak terlalu sulit bukan? Tujuh karakter kristiani di atas sebenarnya suda kita ketahui atau malah sudah akrab dengan hidup kita sehari-hari. Mungkin juga sudah pernah kit alakukan. Sebenarnya yang penting bukan sudah seberapa banyak yang kita ketahui, atau seberapa serin kita melakukannya, melainkan konstitensi (kesinambungan) dalam mempraktikkannya. Membangun karakter yang kuat harus dilakuakn secara terus-menerus dan mebutuhkan waktu yang lama. Hasilnya tidak mungkin dapat dinikmati sekarang. Namun percayalah, bahwa di masa depan nanti, kita akan menikmati hidup yang berkualitas karena keunggulan karakter kita memunculkan perilaku ktia yang terpuji dan teruji. Selamat berjuang untuk menjadi K-R-I-S-T-E-N.